Bismillahir rahmaanir rahiim..
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. al-Imran [3]: 31)
Segala sesuatu yang tampak di sekeliling kita, di muka bumi dan di seluruh jagat raya adalah bukti kebesaran Allah Subhanahu Wata'ala. Kebesaran Allah juga tampak dari ciptaanNya yang tak terhitung jumlahnya, bahkan dengan bantuan alat canggih sekalipun. Banyak jenis makhluk di bumi yang sampai saat ini masih belum banyak diketahui oleh para ilmuwan. Maka, sampai hari akhir nanti pun tidak akan ada yang mampu menyamai kekuasaan dan kebesaran Allah Subhana Wata'ala. Kebesaran Allah Subhanahu Wata'ala bisa kita rasakan juga dari berbagai nikmat yang dapat kita dapatkan. Udara yang kita hirup, umur panjang, kesempatan hidup, dan lebih utama lagi kekuatan Islam dan iman yang tetap tertanam dalam dada, adalah sedikit dari sekian banyak nikmat tersebut.
Dan nikmat apa saja yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya (QS. an-Nahl [16]: 53).
Allah Subhanahu Wata'ala senantisa menebarkan rizki di bumi dengan tiada henti. Dia memberi nikmat kepada siapa saja yang dikehendakiNya, baik kepada orang yang mengabdi kepadaNya maupun yang ingkar dariNya. Segala nikmat itu adalah bentuk cinta, kasih dan sayang Allah kepada manusia. Betapa besarnya bentuk cinta Allah Subhanahu Wata'ala kepada manusia, segala apa yang diciptakanNya di dunia ini semuanya memberikan manfaat tanpa ada yang sia-sia. Kecintaan Allah Subhanahu Wata'ala semuanya demi kepentingan kehidupan, tanpa mengharapkan balasan sedikitpun dari manusia. Begitulah cinta Allah Subhanahu Wata'ala, yang tidak dilandasi oleh imbalan, karena meskipun tanpa cinta atau balasan dari manusia, bahkan ibadah manusia, Allah Subhanahu Wata'ala tetap maha Besar, maha Kuasa, maha Agung, dan maha Penguasa. Jangan pernah berpikir bahwa apa yang diperintahkanNya dan apa yang menjadi laranganNya – yang semuanya harus dijalankan itu – adalah bentuk pamrih Allah Subhanahu Wata'ala atas nikmat dan cintanya. Hal mendasar yang patut kita sadari bahwa apa yang diinginkan Allah Subhanahu Wata'ala untuk manusia jalankan semuanya merupakan hal-hal positif yang memberikan manfaat bagi manusia. Begitupula segala larangan yang Dia perintahkan untuk dijauhi, adalah hal-hal yang mendatangkan keburukan dan ketidakseimbangan.
Salah satu bentuk kecintaan Allah Subhanahu Wata'ala kepada manusia yang amat besar, adalah diutusnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam sebagai teladan manusia, yang menuntun semua manusia menuju jalan yang lurus. Ia datang dengan membawa cahaya kurang lebih 15 abad yang lalu. Ia diutus untuk menyampaikan risalah suci, mengeluarkan manusia dari lembah kenistaan menuju istana abadi melalui ilmu dan akhlak.
Maka semenjak diutus, beliau secara seksama penuh kesabaran yang tiada tara telah menggembleng manusia dengan perbaikan-perbaikan moral. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas-kasihan lagi penyayangterhadaporang-orangmukmin (Q.S. al-Taubah [9]: 128).
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam, Rasul yang telah diutus dari bani Adam kepada segenap bani Adam untuk mengajarkan apa yang sepantasnya dilakukan oleh bani Adam dalam kehidupan. Beliau adalah model dari manusia sempurna. Standar percontohan manusia kamil yang kepada beliau lah manusia berkaca jika ingin mengukur kualifikasi kemanusiaannya. Tidak mengherankan jika Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam dipilih menjadi Rasul dengan tingginya akhlak dan budi beliau. Dalam menjalankan tugasnya sebagai rasul, yang inginkan tiada lain hanyalah keselamatan umat. Beliau senantiasa berdakwah dengan penuh kasih sayang dan kelembutan rasa. Beliau tentu juga tahu bahwa cinta Allah, baik kepada beliau sendiri maupun seluruh umat manusia, telah mengalir dalam darah beliau. Jadi apapun yang beliau lakukan adalah hikmah dan apapun yang beliau ucapkan adalah wahyu. Semua itu adalah untuk kebaikan manusia.
Meski cinta Allah sama sekali tanpa pamrih, alangkah tidak pantas jika kita tidak membalas cinta kepadaNya. Bukan berarti balas budi kita atas cinta yang Allah berikan, lebih dari itu. Jika kita mencintai Allah, hidup kita tentu akan lebih bahagia. Kita akan selalu dekat dengan Allah. Ketika kita dekat denganNya, hidup kita tentu akan penuh dengan kemudahan, hikmah dan berkah.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapatiNya dihadapanmu. Kenalilah Allah saat senang, niscaya Dia akan mengenalimu di saat susah. Bila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan bila kamu minta tolong,maka minta tolonglah kepada Allah” (H.R. Ahmad).
Hal yang paling lezat di dunia ini adalah cinta kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Hal yang paling baik di surga adalah melihat wajah Allah Subhanahu Wata'ala. Kitab yang paling bermanfaat adalah Kitabullah (Alqur’an). Dan sebaik-baik makhluk adalah Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wassallam.
Jelaslah bentuk cinta Allah Subhanahu wata'ala kepada manusia. Siapa saja yang mensucikan jiwanya dengan takwa, membersihkan pikirannya dengan iman, dan menghias akhlaknya dengan kebaikan, niscaya dia akan mampu menggapai kecintaan Allah Subhana Wata'ala, sekaligus kecintaan manusia. Usaha yang besar harus kita lakukan untuk bisa menumbuhkan rasa cinta kepada Allah Subhahu Wata'ala, melebihi kecintaan kita kepada lainnya. Hindarilah rasa cinta yang berlebihan dan yang diharamkan sebab itu adalah siksaan bagi ruh dan penyakit buat hati. Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan doa, dzikir, dan ketaatan kepadaNya, agar Dia memberi kebahagian yang tak tara nilainya. Beribadah juga adalah jalan yang indah untuk menggapai ridha dan cinta Allah Subhanahu Wata'ala, karena ibadah akan menjauhkan jiwa dari hal-hal yang dapat melunturkan rasa cinta kita kepada Allah. Sesungguhnya amal yang baik lagi terus berbuah akan memerdekakan jiwa dari pikiran-pikiran buruk dan ide-ide penuh dosa yang datang secara tiba-tiba, serta kecenderungan yang diharamkan.
Bersabar hati atas ujian dan cobaan yang yang Allah berikan, akan membuktikan kecintaan kita kepadaNya. Sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam:
“Sungguh ajaib urusan seorang mukmin. Sesungguhnya urusannya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi pada diri seseorang kecuali seorang mukmin. Jika ia ditimpa kesenangan, dia akan bersyukur. Maka syukur itu kebaikan baginya. Dan jika ditimpah musibah, maka dia bersabar, maka bersabar itu kebaikan baginya” (H.R. Muslim).
Kecintaan kepada Allah dapat juga kita wujudkan melalui kecintaan kita kepada sesama manusia, jika kita melandasi cinta kita dengan mengharapkan ridha Allah. Mendapatkan cinta Allah merupakan tujuan hidup utama yang harus digapai. Kita layak menyandangnya jika kita menpunyai tujuan hidup mencintai dan dekat dengan Allah dan menjalankan Islam secara utuh menyeluruh. Pada akhirnya, bertawakallah kepada Allah, serahkan semua urusan kepadaNya, ridhalah dengan ketentuanNya, berlindunglah kepadaNya, bersandarlah kepadaNya dan cintalah kepadaNya selalu, karena Dia akan memberi kecukupan, dan akan mempermudah dari segala hal di dunia dan kelak di akhirat.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.